Rabu, 04 April 2012

BALADA KAPELAKU

Seperti Kemala, di kemit pekat
Rampas waktu sejenak,
Untuk melinangkan air mata.. .
Apakah harus menanti hujan ?
Agar bumi basah tuk sejenak saja.
Siasati kemauan rasa, rasa sakral yang tabu.
Lampion kecil terhempas ke pantai
Telacak pasir pantai, ombak menyapa perih.
“mengapa kau kejar sesuatu yang tak mungkin kau dapatkan?”
Lantunan harmoniku cukup mjenjawab smua teki2 alam.
Historisitas cinta dulu, hilang tanpa bukti
Intimasi karisma kusut masai
Keramat kasih maras sudah
Nostalgia itu amat pesam
Rasaku ramu jadi satu.
Daku dini tuk ditanya.

CINTAKU

cintaku…
Laksana cermin dalam resonansi jiwa
Yang menggetarkan palung hati hingga keraga
Dan menghantarkan kehangatan bara
dari bekunya hati sang kelana
cintaku…
kesetiaan agung pada dera kerinduan
laksana pantai menanti ombak dalam pelukan
yang teredam pada dalamnya kebisuan
cintaku…
seperti bunga yang menjaga tingginya kuncup
pucuk-pucuk kasihmu tak juga meredup
mencumbui lautan sukma yang kuyup
dalam serenade desiran angin sayup
cintaku…
karang-karang kesabaran yang tumbuh di lubuk kalbu
meleburkan kebimbangan sang peragu
saat luka kuburkan semburat hasrat perindu
dari kelam kelabu cerita lalu
cintaku…
butiran hujan yang jatuh selayak mutiara
terbungkus rapi dalam kado asa
untuk kau buka jika saatnya tiba
andai mampu kusibak jendela masa
cintaku…
sanjung puji dalam serambi janji
terucap lugas pada paras sejati
demi ikrar atas cinta suci
rekatkan dua hati yang terpatri